Rabu, 09 November 2011

DEVELOPING SCHOOL-BASED CURRICULUM FOR JUNIOR HIGH SCHOOL MATHEMATICS IN INDONESIA

 By : Marsigit

The psychological aspect that found
Reviewed by : Nita Dewi Rahmawati / International Mathematics Education / 10313244015
Sebagai gambaran nyata (hasil Ujian Nasional Matematika siswa SMP dari tahun ke tahun) di Indonesia saat ini mengenai pembelajaran pendidikan matematika menghasilkan indikasi bahwa pencapaian siswa pada mata pelajaran matematika adalah rendah. Penguasaan siswa terhadap kemampuan menguasai konsep dan proses matematika masih rendah. Upaya untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia ialah dengan mengadakan kolaborasi untuk menuntun pengajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di beberapa wilayah Negara (Marsigit, 2003). Aktivitas ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan mencoba beberapa model pengajaran di sekolah. Strategi dasar untuk menuntun yaitu dengan mempromosikan paradigma baru pendidikan matematika,yaitu dengan mencoba beberapa pengembangan persoalan yang secara langsung berhubungan dengan sekolah.
Ada 6 prinsip sebagai pedoman : 1) kesempatan bagi semua untuk belajar matematika,2) kurikulum tidak hanya sebagai koleksi dari persoalan tetapi harus direfleksikan dengan aktivitas pembelajaran matematika,3) belajar mengajar matematika membutuhkan teori komprehensif dari kegiatan siswa, kesiapan mereka untuk belajar dan peran guru sebagai fasilitator belajar bagi mereka,4) kesempatan untuk belajar mengembangkan konsep matematika mereka,5) kebutuhan untuk mengembangkan taksiran untuk proses belajar mengajar,6) menggunakan berbagai macam sumber belajar mengajar.  Perhatian utama dalam mengembangkan kurikulum matematika adalah bermaksud untuk meyakinkan bahwa kurikulum tersebut dapat direfleksikan pada proses belajar mengajar ,sementara itu perlu mengembangkan : 1) garis pedoman untuk mengembangkan silabus,2) garis pedoman untuk pelaksanaan kurikulum,3) dukungan dokumen seperti handout,lembar kerja siswa,4) keterlibatan guru dalam mengembangkan kurikulum,5) sosialisasi dan penyebaran pengembangan kurikulum,dan 6) pengawasan teratur dalam pelaksaannya.
Mukminan dkk,(2002) menguraikan bahwa kurikulum dasar sekolah untuk SMP menekankan pada kemampuan siswa,sementara pemerintah pusat mengembangkan standar nasional untuk mereka. Kompetensi dasar nasional kemudian diuraikan menjadi kompetensi minimum yang harus ditampilkan pada siswa,yaitu kompetensi afektif,kognitif dan psikomotor. Pemerintah Indonesia mengembangkan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum dasar sekolah,itu berarti pemerintah menganjurkan guru untuk mengembangkan kemampuan siswa dengan menggunakan secara optimal lingkungan untuk mendukung aktivitas siswa. Kompetensi standar nasional untuk matemtika SMP meliputi bilangan, pengukuran dan geometri, kemungkingan dan statistic,dan aljabar.
Hakekat sekolah matematika ialah 1) matematika adalah pencarian pola dan hubungan, 2) matematika adalah aktivitas kreatif,3) matematika sebagai jalan penyelesaian masalah, 4) matematika sebagai komunikasi ide. Hakekat siswa belajar matematika ialah 1) siswa belajar paling baik ketika mereka termotivasi, 2) siswa belajar secara unik, 3) siswa belajar keduanya,yaitu individu dan kerjasama, 4) siswa menggabungkan belajar mereka dengan menemukan ide yang sama dalam konteks yang berbeda.
Dibutuhkan banyak upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dimulai dengan kesiapan dan kesanggupan pendidik untuk mencari inovasi pengajaran, belajar dari Negara lain sehingga peserta didik Indonesia mampu bersaing dengan Negara lain.

0 komentar:

Posting Komentar