Minggu, 09 Oktober 2011

“Elegi Menggapai Matematika Yang Tidak TUNGGAL”


By : Marsigit

Reviewed by : Nita Dewi Rahmawati / 10313244015

Melalui elegi ini dapat saya petik pelajaran bahwa matematika tidak dapat dibangun hanya berdasarkan salah satu sifatnya sebagai ilmu. Matematika yang hanya didasarkan pada logika saja tidak akan bersifat peka terhadap ruang dan waktu. Matematika yang hanya didasarkan pengalaman saja akan menimbulkan kebenaran individual, karena setiap manusia juga mempunyai pengalaman sendiri-sendiri yang pada hakekatnya berbeda satu dengan lainnya.
Hakekat matematika dipandang dari dua segi yaitu dari segi obyek dan metode. Dari segi obyeknya (menurut Plato) matematika berada di alam pikir, bersifat absolut, ideal, abstrak dan tetap sehingga melahirkan aliran absolutisme, idealisme atau Platonisme dan berada pada alam pikir sehinga melahirkan ilmu murni matematika yang dianut Perguruan Tinggi. Dari segi metode (menurut Aristoteles) matematika sebagai pengalaman sehingga bersifat konkrit dan relatif sehingga melahirkan aliran Empirisme, menyebabkan lahirnya matematika di sekolah.
Menurut Godel matematika itu tidak tunggal karena jika matematika tunggal maka bersifat tertutup, jika bersifat tertutup maka tidak lengkap. Supaya lengkap matematika harus terbuka, tetapi jika terbuka maka tidak konsisten. Supaya matematika tetap konsisten maka matematika itu tidaklah tunggal.
Kita semua perlu membuka pemikiran terhadap pembelajaran matematika saat ini. Menjadikan matematika sebagai pembelajaran yang bermakna supaya lebih meng-explore kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Matematika itu kongkrit dan dekat dengan kita. Matematika ada dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika yang menyertakan pengalaman-pengalaman siswa tentu akan lebih dimaknai oleh siswa daripada sekedar matematika yang abstrak, absolute, dan bersifat memaksa.

0 komentar:

Posting Komentar